Minggu, 06 April 2014

CINTA SI GADIS KACAMATA



            Malam ini seperti biasa aku melakukan rutinitasku, memang tak banyak yang dapat ku lakukan saat malam minggu, hanya bersantai. Mungkin hanya itu yang dapat ku lakukan, tapi aku teringat akan ajakan mamaku tadi siang saat aku hendak pergi tidur mamaku mengajakku bertemu dengan rekan bisnisnya om Karisma, mama minta agar aku ikut dan bisa dikenalkan dengan anak om Karisma.
            Seolah mama mengetahui apa yang sedang aku lamunkan ia memanggilku
“Salma...” panggilnya lembut, begitu lembut sampai membuatku ingin memeluknya
Aku menoleh ke arah mama, ia menatapku tersenyum
“sudah siap? Kita harus pergi ke Bebek Bengil sekarang. Om Karisma pasti sudah menunggu” sahut mamaku
“ya ma... sebentar aku tinggal menguncir rambutku” mamaku kembali tersenyum
            Kini mobil kami yang sedang dikendarai mama menuju Bebek Bengil, Restaurant Bebek Bengil atau sering disebut Dirty Duck Dinner adalah Restaurant yang berdiri di Bali sejak tahun 1990 dan sudah membuka cabang di mana-mana. Tapi tetap saja yang paling nikmat Bebek Bengil Bali bukan yang lain.
            Ketika ku telah sampai, sudah tercium aroma Bebek Bengil dan jari-jemariku sudah tidak sabar ingin memakan Bebek Bengil. Tunggu dulu, saat aku dan mama hendak menghampiri seorang pria seumuran mama yang sepertinya itu om Karisma, dan seorang remaja lelaki yang berada tepat di depan om Karisma yang saat ini sedang membelakangi kami tiba-tiba pergi.
“hay Sarah, Salma..” sapa om Karisma ramah
“hay om..” ingin ku menanyakan siapa lelaki pergi tadi
“bagaimana Ris?” tanya mamaku
“sepertinya dia menolak, tadi dia buru-buru pergi saat kalian berada di ambang pintu” jelasnya pasrah
“ya sudah kalau begitu, lagi pula Salma belum terlalu ngurusi masalah itu “ ujar mamaku
“hah? Masalah itu maksudnya apaan” batinku bertanya
“Salma... maaf ya, om ga bisa maksain anak om untuk dijodohin sama kamu” ucap om Karisma
DEG!
“maksudnya apaan? Aku dijodohin sama anak om Karisma?” pikirku terkejut, ku lirik mamaku. Ia tersenyum
            Sungguh makan malam yang enak karena menunya adalah makanan favoriteku. Saat kami diperjalanan pulang, aku menatap mamaku lekat. Kurasa ia tahu apa yang ingin tanyakan. Lalu ia menjelaskan padaku. Ia tidak ingin aku terlalu berharap pada perjodohan ini, ia takut kalau nanti aku akan kecewa dan sakit hati. Kurasa mamaku benar, lagi pula aku menyadari aku hanya gadis si kacamata dan berkuncir ekor kuda. Tak jarang mahasiswa di universitasku memanggilku dengan sebutan si gadis kacamata. Aku lalu mengangguk pelan.
            Keesokan harinya, Deisy sahabat karibku yang bisa dibilang modis dan seperti siswa lainnya. Dia tidak sepertiku, tapi kami banyak memiliki kesamaan dan ada satu hal yang tak pernah aku rasakan, dia sudah pernah pacaran dan aku tidak. Memang dia selalu menjulukiku si gadis polos.
“hay De..” sapaku, ia melihatku
“hay Sal, hmm lo udah tau belom? Kita bakal ada siswa baru” ujarnya
“hmm... mungkin dia bisa kita jadikan teman” sahutku senang
“mungkin juga dia bisa jadi pacar lo” celetuk Deisy
“maksud lo, anak baru itu cowok?” tanya Salma mengerutkan kening
“iiyaa.. katanya sih ganteng. Tapi gue belom pernah liat” kata Deisy
            Aku pun teringat akan masalah perjodohanku dengan anak om Karisma, dan mulai bercerita pada sahabatku. Awalnya dia menganggapku bercanda seketika tawanya reda ketika ku bercerita dengan serius.
“jadi tuh anak jahat amat ama lo” celoteh Deisy
“kenapa? Bagus dong. Berarti gue ga usah berhubungan ama orang yang ga gue kenal” ujarku riang
“hmm... lo kan ga pernah punya pacar Sal. Coba-coba gitu sama tuh cowok” ucap Deisy
“ga mau......!!!!” ujarku kesal
            Tiba-tiba kerumunan mahasiswi memasuki kelas kami dengan keributan yang paling tidak aku senangi, ramai. Entah darimana, muncul sosok pria tampan dengan gaya cool dan dia menatapku dingin lebih dingin dari es yang ada di Antartika.
            Dia langsung duduk di sampingku tempat Deisy, teman duduk sebangkuku. Aku menolaknya dengan tatapan tidak suka, dan mulai menyindirnya bahwa tempat ini adalah tempatku dan sahabatku. Tapi dia tetap tidak bergeming dari duduknya aku pun mulai kesal. Deisy yang melihat lelaki itu duduk dibangkunya hanya diam. Ku coba bujuk Deisy untuk meminta tempat duduknya lagi. Tapi Deisy menolak ia akan duduk di belakang bangkuku. Aku mendengus kenal dan ia menatapku tajam seolah hendak memakanku. Perlahan ku telan air ludahku karena kurasa ia marah. Mungkin aku memang keterlaluan.
            Sebulan sudah, anak lelaki itu menjadi mahasiswa resmi di universitas kami, yang ku tahu namanya Bisma. Hanya itu, aku tak tahu lagi apa nama kepanjangannya karena menurutku itu tak penting. Sebulan ini tetap sama tak ada yang beda antara aku dan Bisma. Dan selama itu pula Bisma tak pernah sedikit pun tersenyum bahkan menegurku pun jarang, tak apalah yang penting saat ini aku bisa menghilangkan penat dikepalaku karena besok kami akan libur.
            Mama mengajakku pergi ke Bebek Bengil tempat favoriteku. Entah mengapa setelah selesai makan, aku ingin berjalan di bibir pantai Kuta yang indah, dan kebetulan ini masih petang jadi aku penasaran ingin melihat sunset yang sering orang-orang bicarakan. Aku ingin melihat indahnya alam yang sudah Tuhan berikan, dan saat itu juga sebuah sosok menutupiku dari matahari yang hampir terbenam, silau. Kucoba melihat siapa yang berani mengangguku? Tapi karena kesilauan dari matahari tidak bisa membuatku melihat siapa dia. Dan mataharipun terbenam tanpa bisa aku lihat caranya bersembunyi dari duniaku. Marah? Ya aku ingin sekali marah pada sosok tersebut.
            Tiba-tiba dia menghampiriku dan mulai aku tersadar siapa sosok itu, dia Bisma. Cowok yang amat dingin dan sangat tidak ku sukai. Entah mengapa dia menatapku lalu menarik tanganku dan berlari menyusuri bibir pantai.
“Bisma, apa maksud ini?” tanyaku heran
“inilah aku dan kamu” ucapan pertamanya yang baru aku dengar
DEG!
“aku dan kamu? Maksudnya apa?” pikirku aneh
“tadi sunsetnya indah ya” ujar bisa berubah cair
“dari mana api yang bisa mencairkan diri seorang Bisma? Cowok yang sangat dingin lebih dari Antartika? Ahh Tuhan,,, aku bingung” aku melamun menatap Bisma
            Tanpa sengaja ikat kuncir yang kupakai tiba-tiba putus dan saat itu angin mulai memainkan rambutku yang tergurai. Ahh aku paling membenci ini, seketika aku mencari sesuatu yang bisa menguncir rambutku. Tapi Bisma menghentikan aku dan mulai mengelus rambut panjangku, dia menghipnotisku dengan senyuman khasnya.
“ga usah dikuncir, angin aja tau kalo kamu itu cantik kaya gini daripada dikuncir”
DEG!
“cantik? Baru kali ini ada orang yang memuji gue cantik selain mama.” pikirku.
” hmmm apa ini kenapa tiba-tiba jantung gue bedebar-bedar? Tuhan kalo gue punya penyakit jantung jangan sekarang dong. Gue ga mau ninggalin satu detik aja ama Bisma, plisss” pintaku dalam hati
“eh kamu udah makan malem?” tanya Bisma seraya memegang tanganku
“hmm udah tadi sama mama” jawabku polos
“kenapa kamu sama mama kamu terus?  Papa kamu kemana?” tanya Bisma
“dia? Pergi. Karena itu gue ga suka lelaki. Ups:” tanpa sadar gue keceplosan
“maksudnya?” Bisma dengan tampang bego menunggu jawaban gue,
“Terlanjur basahlah, lagian gue juga merasa kalo gue curhat ke Bisma ga akan ada apa-apa mungkin”
“iya.. dulu dia pergi sama cewek cantik, katanya mending cewek cantik daripada mamaku. Makanya gue ga mau modis, gue ga mau jadi cantik karena itu bisa nyakiti hati orang lain” jawabku jujur
            Bisma diam tak merespon, lalu pergi. Aku ditinggal sendiri, hmm es di Antartika kembali bersembayang di tubuh Bisma. Kapan api itu bisa mencairkan Bisma lagi? Entahlah. Aku pun pulang nampak mama sedang berbicara dengan om Karisma.
“sayang... anaknya om Karisma mau dijodohin sama kamu, katanya dia mau kalian tunangan biar kamu ga di ambil orang” sahut mamaku begitu saja
Aku pun terdiam, bisu seribu bahasa.
“Bagaimana Salma? Kamu mau kan?” kini giliran om Karisma yang menanyaiku
Entah mengapa, refleks aku pun mengangguk pelan dengan senyum merekah
            Saat di kamar aku mulai sadar atas hal gila yang kulakukan, astaga! Aku baru saja menerima tawaran perjodohkan tersebut, kesalnya diriku ternyata aku begitu bodoh. Tapi setelah menerima tawaran tersebut hatiku senang tak menentuk. Memikirkan perasaan yang saat ini berkelahi didalam hatiku, aku lebih memilih tidur.
            Esoknya, sangat cerah tapi sebuah motor keren telah bertengger di halaman rumahkuk. Siapa pemilik motor itu? Tiba-tiba sosok Bisma masuk ke dalam balkon kamarku. Bisma? Dia membuatku hampir terjun dari balkon kamarku karena kaget.
“ngapain lo ke sini?” tanyaku
“mau ajak kamu hang out”
“hah? Ga salah denger dia ngajakin gue hang out? Gue aja yang baru bangun belom pake kacamata” batinku
“nihh...” serah Bisma saat tahu apa yang gue cari, kacamata.
“thanks.. tapi apa ga terlalu pagi sekarang?” tanyaku aneh
“mau aku jemput jam 6 pagi biar kamu bisa ngucapin itu, sekarang sudah jam 10. Kamu baru bangun tidur, gimana sih?” tanyanya kesal
“eh tunggu, lo masuk kamar gue? Ahhhhhhhhhh.... ini privacy gue...” amukku pagi ini
            Hari ini Bisma ngajakin jalan seru banget, api itu datang lagi dan mulai mencairkan es Antartika yang ada di tubuh Bisma. Saat petang Bisma ngajakin dinner di komplek The Bay Bali, tapi ga di Bebek Bengil dia ngajakin aku dinner di Pirates Bay. Ternyata dia suka yang bajak laut gitu, tapi dia bilang dia pilih disini karena Tree House, jadi aku ngikut aja. Karena besok masih libur ternayata dia ngasih aku kejutan yaitu Deisy dan Vino mereka juga ada di sana, pokoknya hari ini sangat membahagiakan.
            Tiba saat sunset, kucoba mencari tempat nyaman dan seketika aku melihat Bisma sedang berjalan dengan seorang gadis, dia nampak cantik rambut tergurai yang mulai memainkan rambutnya membuatnya seperti bidadari, gadis itu berlari menjauh dari Bisma. Dan dia mulai mengejar gadis itu.
“Abel....” nama yang dipanggil Bisma
            Bisma berhasil menangkap gadis itu dan memeluknya, seketika terdengar sebuah retakan gelas dihatiku, dadaku sakit ada rasa nusuk didadaku sekarang. Aku ingin menangis tapi aku ingin melihat apa yang sebenarnya dilakukan Bisma. Saat sunset, Bisma mengecup kening gadis itu, dan aku sudah tidak tahan lagi akhirnya meninggalkan tempat itu.
            Kuhampiri Deisy, lalu kumengadukan segala rasa sakit dan sedih padanya. Tapi ia hanya menjawab bahwa aku saat ini jatuh hati pada Bisma. Sungguh sesuatu yang tak pernah kurasakan, Cinta? Kurasa itu abstrak.
            Bisma datang sembari memberikan senyum khasnya padaku, aku pun hanya menatapnya dingin, dia mulai kesal dengan tingkahku yang tak seperti biasanya. Ia pun mulai bertanya padaku, tanpa bisa ditahan olehku semua itu terucap oleh bibirku sendiri.
“aku bingung! Aku ga tau harus berbuat apa! Saat kau berada didekatku kau membuat aku hampir jantungan rasanya irama jantungku terus bedegub kencang kalau seperti ini terus aku takut. Aku takut kalau jantungku benar-benar bisa melemah dan aku pun mulai berfikir mungkin kah aku akan mati karena jantungku terus tidak bisa normal didekatmu? Lalu gadis itu.. Abel dia membuat aku menangis, dia membuat hatiku hancur, dia membuat aku tersiksa dengan perasaan abstrak yang dinamakan cinta? Itu sungguh tak benarkan? Kau dan Abel membuatku pusing....!” aku memakinya karena hatiku saat ini benar-benar sakit karenanya dan Abel,
            Aku tak sanggup menahan itu dan aku benar-benar benci pada perasaan abstrak yang bernama cinta? Itu sungguh tak adil. Aku baru saja menyenggol perasaan itu dan kini perasaan itu membalasku dengan terjangan cemburunya membuat aku menangis.
            Esoknya aku dikejutkan dengan sebuah ucapan mamaku, hari ini aku tunangan dengan anaknya om Karisma, apa? Aku bahkan lupa menanyakan siapa lelaki itu. Oh aku sungguh membenci diriku sendiri. Kucoba tenangkan pikiran dengan menyusuri bibir pantai Kuta pagi ini.
            Aku pun menabrak dada bidang seseorang tanpa sengaja karena terus menunduk. Aku meminta maaf, tapi kulihat dia Bisma. Kini dirinya kembali seperti es, aku ingin rasanya lari tapi genggaman tangannya sudah menarikku
“kemarin hanyalah sebuah perpisahan” lirihnya dingin
“hah? Apaan?” tanyaku bingung
“antara aku dan Abel. Aku mengakhiri hubungan kami hanya demi seorang gadis polos berkacamata yang apa adanya dan tidak pernah merasakan cinta” jelas Bisma panjang lebar dengan masih sedingin es Antartika
“maksudmu?” aku seketika terkejut
“ya,, kamu bisa menebaknya, aku mencintaimu” sepatah kata yang membuatku gugup dan tak sanggup berdiri
“tapi malam ini aku akan tunangan, dan kamu tak akan pernah bersamaku” ujarku
“siapa bilang?” tanya om Karisma seketika
“hah? Om Karisma? Mama?” kejutku hampir pingsan
“Bisma itu anak om jadi kamu bisa bersamanya dan bertunangan dengan dia juga” senyumanku nampak melayang
“apa? Jadi anak om yang akan dijodohkan denganku adalah Bisma?” tanyaku senang
“iya, Bisma Karisma” jawab Bisma memelukku
            Kini aku dan Deisy sedang bersiap, beberapa menit lagi aku akan menjadi tunangan seseorang yang kucintai, Bisma Karisma. Pertunangan kami sangat sederhana hanya makan malam bersama, di Pirates Bay tepatnya di Tree House, disana berlangsungnya acara pertunangan kami.
            Sebelum acara makan-makan dimulai, Bisma menunjukkan sebuah cincin untuk aku pakai dan itu saat sunset.
“maukah kau menjadi tunanganku? Eh calon istriku kelak?” tanya bisma seraya menunduk seperti pangeran di negri dongeng
“tidak..” jawabku lantang, semua menatapku aneh
“aku tidak ingin menjadi tunanganmu jikalau ini didasari karena perjodohan kita”
Bisma tersenyum
“aku mencintaimu, dan kamu mencintaiku. Lalu apa yang kamu sebut perjodohan? Antara aku dan kamu didasari karena cinta” ucap Bisma lalu mencium keningku saat matahari masuk ke dalam bumi
“kini aku bahagia bersama cinta pertamaku si gadis berkacamata” ujarku bahagia.

 Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get discovered! www.thebaybali.com

Jumat, 21 Desember 2012

kapan waktu kalian untukku?


Dhita adalah seorang gadis periang yg sedikit tomboy dari keluarga Karisma, ia jga memiliki kembaran yg bernama Nina yg bersifat lembut dgn tutur kata yg manis tiap ia berkata. mereka memang berbeda secara identik & nonidentik. kakak pertama mereka adalah Bisma karisma ia cukup popular di sekolah nya, dari segi kepintaran, talenta, bahkan hobby nya

pagi ini, matahari nampak bersinar terang. cuaca yg cerah adalah cuaca favoritenya karna Dhita akan latihan futsal
"Nina..... Dhita.... Bangun, udah pagi nih" ucap seorang wanita paruh baya seraya menggedor pintu kamar mereka
"iya bun! Nina udah bangun, tinggal Dhita yg msih tidur" ucap Nina lembut sambil membuka pintu kamar
"ya ampun! nih anak ga belajar ap dari kakak nya, kalo cwe tidur itu jgn ngorok si Dhita malah ngorok paling kenceng" omel bunda nya
"Dhita.... bangun udah pagi..... emang kamu tadi malem tidur jam brp sih?" teriak bunda Dhita
"hahh.. ngantuk bun!..." rengek Dhita
"emang kamu tidur jam berapa?" tny bunda ny (lagi)
"jam 4, tadi nonton bola Real Madrid vs Barca" ucap Dhita masih dalam keadaan tidur
"duh! nih anak, pasti ayah sama kakak nya nih yg ngajak Dhita begadang" omel bunda Dhita pada dirinya sendiri melihat kelakuan anak gadisnya yg seperti cowo
"udahlah bun! bunda ke meja makan duluan ajh, nanti aku sama Dhita barengan nyusul" ucap Nina menengahi
"ya sudah! ajarin tuh adik kamu, jgn kaya cowo" ucap bunda nya lalu pergi

Nina lalu beranjak ke kamar mandi untuk mandi, setelah semua nya rapi Dhita masih belum bangun jg. akhir nya Nina mengeluarkan senjata andalan nya kalo Dhita tidak mau mandi

"Ta, loe ga mw bangun ap?" tny Nina
"ga, masih ngantuk" balas Dhita cuek
"ouh... sayang banget loh, pdhal pgi ini cerah bngt. kya nya enak klo maen futsal" goda Nina, sekejab mata Dhita terbuka
"apa? cerah? asikkk... maen bola, mandi ahh mw cpt2 ke sekolah" ucap Dhita lngsng ke kamar mandi
"beres kan? Dhita, mudah banget sih" ucap Nina

15 menit kemudian, Nina & Dhita menuruni tangga bersama-sama. terlihat Nina yg menggunakan bando berwarna pink di selingi dengan pita pink memakai tas sandang berwarna pink dan jam pink yg melingkar indah di pergelangan tangan kirinya, Nina adalah pinky girl.sedangkan Dhita ia hanya menguncir rambut ny dgn asalan memakai tas sandang berwarna hitam dengan bross Barca yg tertempel di bagian depan tas

"pagi ka bun ayah" sapa Nina lembut
"pagiii...." teriak Dhita menyapa orang yg sedang duduk di meja makan
"duh! Dhita, kamu bisa ga sih ga perlu teriak2 kaya gitu? kamu it cwe" omel bundanya
"yah bunda! masa' pagi2 Dhita udah di omelin ga lucu bangt" keluh nya pada omelan bundanya
"ya sdh2 jgn berantem masih pgi jg, skrg mending sarapan. bntr lgi kalian pada telat" ucap ayah Dhita menengahi

selesai makan Dhita di tawarin berangkat sekolah bareng siapa, ayah atw kakak nya.ia jelas memilih kakaknya, karna kakak nya pergi ke sekolah menggunakan motor, Dhita lebih senang menggunakan motor drpd mobil makanya ia memilih Bisma
sampai di sekolah Dhita sudah di sambut oleh teman2nya Reza, Ilham, & Dicky

"hey..."sapa Dhita dengan berteriak
"ga telat?" tny Dicky
"iiiii loe yah! pngen gw telat mulu" kesal Dhita
"iye..iye.. sorry boy" balas Dicky
"oh ya, kita latihan futsal ga?" tny Dhita
"pastilah bro..." balas Reza
"eh kalian pda nonton ga, Madrid vs Barca tdi malem?" tny Dhita
"nonton..!" teriak Ilham
*PLAKK Reza menjitak kepala Ilham
"nonton apaan? loe molor gitu dibilang nonton? pertandingannya belom mulai ajh loe udah ngorok di bahu gw" protes Reza
"heheee... :D" blas Ilham cengengesan kaya kuda, mereka pun membicarakan tentang pertandingan tdi malem

mereka pun bercerita sangat heboh tentang pertandingan tadi malem smpe tdak melihat jalan dan menabrak guru killer sekolah mereka pak Rafael, ia guru yg masih muda ganteng charming charming clink tpi syang ia terlalu killer. menurut cerita, pak Rafael seperti it semenjak tunangan nya meninggal 2 thn yg lalu di hari pernikahan mereka, maka nya ia skrg terlalu killer

"hey.." sentak nya pda mereka
"i..i...iya pak" jwb mereka gugup
"kalian it klo cerita ya cerita, klo jalan ya jalan jgn cerita smbil jalan jadi nya nabrak kan" bentak pak Rafael
"iy pak! ampun....." ucap mereka lalu berlari sekencang-kencang nya
"hey...." kesal pak Rafael

hari ini adalah hari pemeriksaan kesehatan diri. tampak dokter & suster yg memakai pakaian serba putih mendatangi kelas mereka, saat pemeriksaan fisik telah usai.skrg wktunya tes darah. semua murid nampak tenang, tapi ada 1 siswi yg terlihat takut

"hey.. Dhita, it cek darah tuh" ejek Ilham
"iiii Ilham, udh tw gw tkut jarum suntik. kok kya gitu sih" dumel Dhita
"Ta, benter lagi giliranmu. jgn takut ya :) ntr klo loe mw di ambil darah gw ada di samping loe kok" ucap Nina menenangkan Dhita
"awas ya loe klo ga nepatin janji loe" ancam Dhita pada Nina
"Dhita Trie Karisma silahkan masuk ke dlm UKS" panggil bu Franda
"bu, ibu kan tw klo saya.." ucapan Dhita terpotong oleh bu Franda
"iya, kamu boleh ajak Nina" ucap ibu Franda yg sdh tw mksd omngan Dhita tadi
"hheehhee.. :D ibu tau ajh" ucap Dhita cengengesan sambil berjalan menuju ke UKS

di UKS Dhita tidak mw di ambil drah ia sngat takut, beruntung Nina banyak akal. ia mengambil sebuah poster pemain Barca yaitu David Villa

"nih Ta, klo loe takut di ambil darah nih loe liatin ajh foto David Villa, pangeran loe" menyodorkan selembar poster
"loe bawa dr rumah?" tny Dhita
"ia, gw kan inget klo hri ini pemeriksaan kesehatan klo loe gw jamin pasti ga inget" ucap Nina
"iy hahahaa.. :D ya udh dok silahkan ambil darah saya, tpi tunggu saya fokus ke poster ini dulu" protes Dhita
saat sedang memerhatikan poster David, dokter dgn siaga menyuntikkan jarum suntik ke lengan kiri Dhita
"GOLLLLLL........!" teriak Dhita saat sedang di ambil darah
"auw.. sakit dok! kan tdi saya suruh tunggu saya fokus sama David kok malah langsung di suntik?" protes Dhita pada dokter
"hahhaaa.. :D kamu it lucu ya, takut di suntik tapi kelakuan kaya cowo" ucap sang dokter
"heh.. klo it sih beda dok" protes Dhita (lagi)
"iya..iya.. sudah skrg giliran Nina yg di ambil darah" ucap dokter
"nah giliran loe, dah yah loe kan ga takut di suntik gw tinggal yah. merinding gw di ruangan ini" keluh Dhita langsung pergi
"tuh anak! tadi giliran dy yg di suntik pegang tgn Nina erat bngt, skrg? ngelonyor pergi" ucap dokter melihat kelakuan Dhita
"dy emg biasa gitu dok" bela Nina
"ya sdh skrg kamu saya ambil darah dlu" ucap dokter lalu mengambil darah Nina

***

keesokan hari nya hasil pemeriksaan kesehatan murid2 SMA 1 akan di bagikan, saat sedang berjalan sendiri di koridor sekolah Dhita berpapasan dengan dokter sekolah mereka. dokter it terlihat sedih setelah melihat Dhita di depan nya

"eh dokter, mw bagiin hasil pemeriksaan kesehatan siswa2 ya? klo gitu saya lngsung pergi ajh" balas Dhita, dokter pun menahan tgn ny & menarik ny ke dlm UKS
"eheheheh... dokter mw ngapain?" tny Dhita yg udh Nethinking
"saya mw bicara soal hasil tes darah kamu & Nina" ucap dokter yg sedikit cemas
"ouh... kirain mw ngapa-ngapain" blas Dhita blak-blakan
"kenapa? Nina sakit? sakit apa? ntr saya ksih tw ortu deh" ucap Dhita enteng
"ini masalah kamu & Nina" blas dokter dingin
"saya? emg kenapa dok?" tny Dhita
"begini setelah periksa kesehatan kemarin saya mengetahui kalo Liver Nina bermasalah" jelas dokter
"ap..apa dok? liver? Nina?" tny Dhita tdak percaya
"iya Ta, penyakit Nina seperti ny sdh mulai parah" balas dokter
"hah? udah parah dok? emg ga ad yg bisa nyembuhin dya dok?" tny Dhita khawatir
"ada jika dy pnya pendonor yg pas" blas dokter
"ouh.. ya udh dok" jwb Dhita hendak pergi dengan kepala tertunduk lesuh
"kamu ga mw tw tntg yg kamu?" tny dokter langsung
"yg saya?" tny Dhita bingung
"iy" ucap dokter
"saya sakit? ga mungkin bngt deh dok, secara saya kan aktif & gimana gitu" ucap Dhita
"kamu terkena Kanker Otak stadium 3" blas dokter langsung
"hah? apa dok? saya ga salah denger?" ucap Dhita tdak percaya
"iya Ta. penyakit bisa tumbuh pada siapa saja & bisa menular pada siapa saja, walaupun kamu org nya aktif & periang" jelas dokter
"hmm... dok saya boleh minta 1 permintaan ga?" tny Dhita
"apa it Ta?" jwb dokter
"tolong sembunyiin ini dari Nina, ka Bisma, & tmn2 saya yg lainnya" pinta Dhita
"tapi Ta.." ucapan dokter terpotong
"dok,! saya mohon Nina sdg sakit masa' mereka jg harus tw tntg saya? . emg dokter mw bwt mereka kepikiran saya terus? ga kan!" ucap Dhita
"ok, tapi klo ad ap2 kamu tanggung sendiri ya" jwb dokter
"siap dok! makasih, saya pergi dulu. oh ya surat tes hasil kesehatan nya?" ucap Dhita mengingatkan
"ini simpan baik2 & usahakan rutin berobat ke RS" saran dokter
"okokok..." jwab Dhita lngsng pergi

***

di rumah Dhita, semua keluarga nya sedang berkumpul di ruang keluarga. Dhita ingin memberitahu tntg penyakit yg di derita Nina sedangkan penyakit nya ia tidak ingin membahas nya

"bun, ayah, ka Bisma, Nina" sapa Dhita pada keluarga nya
"kamu kenapa? tumben ga teriak2? biasa nya dtg2 bwa kehebohan" sindir bundanya
"ini, aku bawa surat kesehatan dari dokter sekolah tadi" ucap Dhita murung sembari menyodorkan surat itu ke ayahnya
"hah? Nina sakit?" tnya ayahnya tak percaya saat membaca surat it
"apa?" tny Bisma yg ikut2an tidak percaya
"astaga!" bunda Dhita langsung meneteskan air mata
"apa? aku? sakit? sakit apa yah?" tny Nina yg jga meneteskan air mata
"kamu sakit liver" ucap ayah Dhita yg jga meneteskan air mata
"adikku, kenapa kamu harus menderita seperti ini" keluh Bisma pada nasib yg dialami adiknya Nina
"baru Nina ajh keluargaku udh pda sedih, gmn klo mereka tw tntg penyakit gw? mungkin mereka lebih dr ini" batin Dhita

***

keesokan hari nya, bunda Dhita tidak membangunkan Dhita, hanya Nina yg ia khawatirkan. sepanjang pagi, ayah, bunda, & ka Bisma hanya memperhatikan Nina

"bunda! kenapa ga banguni aku?" omel Dhita pda bundanya
"kamu kan sudah besar mandiri sedikit, lgian bunda lgi sibuk ngurusin kk kamu Nina" balas bunda nya acuh
"bunda kok gitu sih?" kesal Dhita pada perlakuan bunda nya

setelah selesai sarapan, Dhita bingung karna tidak melihat Bisma naik motor. Bisma malah naik mobil ayahnya bersama dgn Nina

"kak Bisma ga naik motor?" tny Dhita pada kakaknya
"ga, gw mw deket sama adek gw" balas Bisma cuek
"lah.? gw kan adek loe kak?" tny Dhita bingung
"maksud gw it Nina bukan loe, lagian loe kan sehat" jwab nya
"klo gitu gw bwa motor loe ya?" tny Dhita
"bawa ajh, gw ga masalah" balas nya acuh
"tpi kak, loe kan tw gw ga bisa pke motor bercoplink?" ucap Dhita
"teruz? masalah bwt gw? kan loe yg ga bisa it si derita loe. dah lah gw mw msuk mobil ntr telat" jwb nya langsung msuk ke dlm mobil
"ih dipikir gw ga bisa ap bawa motor sport kaya gini?" batin Dhita kesal

karna ia benar2 tidak bisa menggunakan motor bercoplink, di tengah jalan motor yg ia kendarai menabrak motorsampah yg tengah lewat di dpn ny. sontak, Dhita pun terpental masuk kedalam motorsampah

"auw..." rintih Dhita saat berada di atas tumpukan sampah
"maaf mbak, mbak gpp kan?" tny tukang smpah tersebut
"gpp kok, emg salah saya" ucap Dhita sambil merbersihkan diri dari bekas sampah2 yg masih menempel pada seragamnya,ia pun melirik jam tgn
"ya ampun! telat gw" ucap Dhita panik

sesegera mungkin ia melajukan motor Bisma menuju SMA 1. saat dy sampe, temen2 ny sdh mengunggu nya seperti biasa

"hay guys" sapa Dhita pada temen2 ny, namun mereka tak menghiraukan sapaan dr Dhita
"hey... kalian kenapa sih? gw di kacangi ga enak tw" ucap nya kesal
"kita lagi nungguin Nina Ta" ucap Dicky
"hah? Nina? tumben kalian nungguin dy? biasa ny kan nungguin gw" celoteh Dhita
"kita, satu sekolah udh pda tw ap yg di derita Nina" ucap Reza langsung
"hah? udh pada tw? emg kalian tw drmn?" tny Dhita kaget
"Bisma bwt stat di fb nya" jwab Ilham
"eh tuh Nina dtg" ucap Ilham seraya menunjuk mobil yg baru masuk ke pekarangan sekolah

mereka pun langsung berlari menghampiri mobil yg baru dtg & meninggalkan Dhita tnpa pamit

"SHIT! gw di acuhkan" ucap Dhita kesal pda dirinya sendiri. saat ia melihat ke arah mobil nampak bundanya turun dr mobil & memberikan kecupan kening
"WHAT? bunda? ngapain coba disini? bunda ajh ga pernah nganterin gw sekolah kok Nina malah di anterin sih" keluh Dhita
"kenapa sekarang dunia gw udh berubah?" lirih nya pada diri sendiri
"eh loe kok bau bngt?" tny seseorg yg lwt dket Dhita
"iye, tdi gw nyemplung ke baksampah" blas Dhita cuek & pergi ke kelasnya

mulai hari itu, hari2 Dhita berubah 180 derajat. ia semakin hari semakin tak di hirau kan keluarganya mereka sibuk mengurusi kesehatan Nina sehingga tdak ad wktu untuk Dhita

***

3 bulan kemudian
dikelas bu Franda sudah siap untuk mengajar, tapi saat sedang ingin menerangkan pelajaran. Nina mengeluh kesakitan

"bu.... sakit...." ucap Nina lirih sambil memegang perut sebelah kanan
"kamu kenapa? kambuh?" tnya bu Franda cemas
"ya sudah Dicky, antar Nina ke UKS" perintah bu Franda pada Dicky, seketika it Dhita jga merasa kesakitan
"auw..." rintih nya seraya memegang kepala
"kamu kenapa?" tnya bu Franda dgn sedikit membentak
"kepala saya sakit bu" ucap Dhita seraya menahan sakit
"kamu bohong! apa tujuan kamu sebenarnya membohongi saya?" tny bu Franda naik darah
"beneran bu, saya ga bohong" ucap Dhita bergetar hampir menangis
"ok! karna kamu udah mempermainkan ibu, skrg kamu di hukum di koridor" bentak bu Franda

saat di koridor, Dhita terus menahan kesakitan nya hingga ia menangis. setelah mengantar Nina ke UKS, Dicky melihat Dhita yg tengah di hukum di koridor sekolah ia merasa iba melihat Dhita yg menangis, saat hendak mendekati Dhita tiba2 dokter UKS menghampiri Dhita dgn sekejab Dicky bersembunyi di balik dinding yg berada di sebelahnya

"kamu kenapa?" tnya dokter it
"kepalaku sakit dok..." ucap Dhita bergetar
"kamu udh check up ke RS?" tny dokter
"belom, aku ga mw check up. psti di suntik" balas Dhita
"jgn gitu donk, ntr klo penyakit kamu tmbah berkembang biak gmn?" tny dokter
"barin lah dok, semua manusia jga bakal mati kan?" ucap Dhita menyangkal
"kamu jgn gitu, skrg wktunya keluargamu tw" ucap dokter
"jgn dok..ja.." ucapan Dhita terputus karna ia pingsan di dekapan dokter it dengan darah yg mengalir dri hidungnya
"astaga!"ucap dokter sembari menggendong Dhita ke UKS

di UKS, Nina melihat Dhita di gendong oleh dokter & merebahkan nya di bed UKS yg bersebelahan dgn bed yg Nina pake

"Dhita kenapa dok?" tny Nina sambil meringis
"Dhita kambuh" ucap dokter
"hah? apa dok? kambuh? emg Dhita sakit ap?" tny Nina lgi
"ga...ga kok.. gw gpp, si dokter sotoy" ucap Dhita menyelah yg sdr sadar dri pingsannya
"tapi Ta" ucapan dokter terpotong, krn ortu Dhita & Nina dtg bersama Bisma
"dokter gmn anak saya" ucap ayah Dhita bertanya dengan kekhawatiran yg luar biasa
"itu Dhita" ucap dokter sambil menunjuk Dhita
"bukan Dhita, tapi Nina" balas ayah Dhita, langsung
"ouh, Nina ya? itu di sebelah bed Dhita" ucap dokter lagi
"kalo gitu, kami akan membawa Nina ke rumah sakit" ucap bunda Nina
"bagaimana dengan Dhita?" tny dokter
"Dhita? dia it tidak sakit, hanya cari perhatian kalian saja" jawab bunda nya ketus
"BUNDA" batin Dhita lirih

mereka pun pergi ke rumah sakit membawa Nina yg sedari tadi kesakitan. sedangkan Dhita ia tidak di hiraukan, hanya dokter sekolah yg tau, penyakit nya. tapi di luar UKS ada seseorang yg dari tadi mengintai mereka lewat jendela

"dok!" panggil Dhita lirih pada dokter sekolah nya
"apa Dhita?" tny dokter it
"apakah, jika mereka tau tentang penyakitku mereka akan meluangkan sedikit waktu mereka untuk ku, untuk hari2 terakhirku berada di dunia ini" ucap nya lirih tanpa sadar
"kalo it memang yg kau ingin kan beritahulah kepada mereka tentang penyakit itu" ucap dokter memberi saran
"seperti nya sudah terlambat" ucap Dhita
"kenapa?" tny dokter
"kalo mereka tau sekarang. ga ada guna nya lgi dok, paling mereka nganggep aku pembohong seperti biasa nya" keluh Dhita

***

hari ini adalah hari pertandingan futsal terakhir Dhita, ia ingin keluarga nya dapat melihat pertandingan terakhir nya sebelum ia keluar dari tim futsal nya

"ayah, bunda, ka Bisma klian mau kan menghadiri pertandingan terakhirku?" tny Dhita
"pertandingan terakhir emang kamu mau keluar dri tim futsalmu?" tny bundanya tnpa melihat Dhita
"iya bun! aku udah mutusin buat keluar dari tim" balas nya lirih
"baguslah, akhirnya kamu sadar juga, kalo cwe tuh tempatnya bukan di lapangan tpi di dapur" jelas bundanya ketus
"ya Tuhan! kenapa mereka tidak ada yg peduli padaku lagi setelah tau penyakit Nina?" batin Dhita bertanya
"apa mereka tidak mengkhawatirkan kesehatanku?" batinnya lagi
"apa ini memang takdir yg harus aku lewati?" batin Dhita menangis

sore harinya, Dhita menunggu keluarganya untuk menghadiri pertandingan terakhirnya. tapi sampai pertadingan selesai. keluarganya tidak kunjung datang. ia kecewa karna kemenanggan terakhirnya ia persembahkan kepada keluarga nya sebelum ia meninggalkan dunia

"ayah & bunda kenapa ga nonton?" tny Dhita pada dirinya sendiri saat sedang menyusuri terotoar
"hay" sapa seseorang yg ia kenal
"Dicky?" tny Dhita
"eh loe, sendirian ajh? lesuh bngt, kan tadi menang?" tny Dicky
"ouh.. itu.. gw lagi ga semangat ajh" jawabnya dingin
"gimana klo kita ke taman kota dulu?" saran Dicky
"boleh juga, skalian ngilangin galau" ucap Dhita
"oke!" jawab Dicky

mereka pun pergi ke taman kota yg terletak di tengah2 kota. Dicky seperti ingin menanyakan sesuatu ke Dhita tapi ia terlihat masih ragu. Dhita yg tau maksud raut muka Dicky menanyakan nya pada Dicky
"Dick" tanya Dhita
"hmm kenapa?" tny Dicky gugup
"loe kenapa sih dari tadi terlihat gelisah gitu" keluh Dhita pada Dicky
"ouh, masalah it, gw mau nanya ke loe tpi loe jgn marah ya?" ucap Dicky ragu
"iya, kenapa?" tny Dhita
"hmm.." Dicky pun menghembuskan nafas berat
"kenapa?" tny Dhita
"loe sakit ya?" tny nya langsung, seketika raut muka Dhita berubah 180 derajat
"loe tau dari mana?" tny Dhita pelan
"gw... tau sendiri" balas Dicky
"ouh" jawab Dhita singkat
"hah? cuma oh?" tny Dicky bingung
"iya, emg napa? loe kan udh tau jadi mw di apain lgi?" tny Dhita
"iy, gw tw loe skit. tpi gw ga tw loe skit ap" balas Dicky
"hmm.. Dicky..Dicky.. kepo bngt sih loe" ucap Dhita bercanda
"yaudah, gw sakit kanker otak stadium 3, eh kta dokter sekolah kita mungkin udah nambah deh stadium brp ya? ga tw gw abis gw ga pernah check up ke dokter" balas Dhita enteng. Dicky pun membulatkan mata
"apa? kanker otak? stadium 3?" tny Dicky terkejut
"eh gw ga tw stadium brp. krn gw males check up ke rumah sakit" ucap Dhita sambil memainkan gntgan kunci yg tertempel di tas Dicky
"tapi, kenapa mereka semua ga tw?" tny Dicky dingin
"ouh, simple! gw ga mw nambah beban mereka. lagian Nina kan skit" balas Dhita
"tapi Ta, loe lebih parah dri Nina" ucap Dicky
"udhlah. ga perlu bahas masalah ini, dan gw ga mw ka Bisma tw tntg ini" ucap Dhita langsung pergi
"Ta.. Dhita..Dhita..." teriak Dicky memanggil namanya, Dhita hny terus berjalan tnpa menoleh

***

Dhita pun pulang ke rumahnya. di sana nampak ayah & bunda nya sedang serius di ruang tamu

"aku pulang!" teriak Dhita
"ayah sama bunda kenapa?" tnya Dhita
"kamu darimana? kenapa bru pulang?" tny ayahnya sinis
"aku baru pulang dri pertandingan futsal, oh ya aku yg membawa timku menang yah" ucapnya membanggakan kemenangannya
"sudah2 ayah tidak mw dengar tntg futsal lagi. skrg kamu pergi ke kamarmu. oh ya nnti kamu & Bisma dtg ke rumah sakit sm*shblast, Nina skrg lgi kritis di sana" ucap ayahnya
"apa yah? Nina skrg di rumah sakit?" tnya Dhita
"iya. skrg kami lgi pusing mencari pendonor liver yg pas untuk Nina" tambah bundanya
"ya udh aku ke kamar dulu" ucap Dhita yg lngsng pergi ke kamarnya
"aku akan menelfon dokter Rangga (dokter sekolahnya)" batin Dhita

~~~*via telfon*~~~
"hallo? dokter?" tny Dhita pada org di sebrang sna
"iya kenapa Ta?" balas org it
"dok! aku udah mutusin bwt donorin liver aku bwt Nina bntr lgi kita ketemuan di rmh skit sm*shblast ya" ucap Dhita di telfon
"apa?" tanya dokter terkejut
"udhlah dok, ga guna aku hidup lagian aku udh ga di anggap di rmah ini" balas Dhita
"tapi Ta..tut..tut..tut.."telfon seketika terputus
"ya ampun, anak ini emg nekad. skrg mending saya susul dia di rumah sakit" batin dokter tersebut

dengan cepat Dhita pergi ke rumah sakit. dia juga membawa sebuah amplop putih di kantong jaketnya. saat di rumah sakit, terjadi perdebatan antara Dhita dgn dokter Rangga.Dhita yg terus mendesak dokter Rangga agar mw menanda tangani surat persetujuan operasi tpi dokter Rangga tetap tidak mw. hingga akhir nya Dhita memelas cukup lama & Rangga pun tidak bisa berbuat lebih banyak. secepat mungkin operasi dilakukan agar nyawa Nina selamat.

di kamar rawat Nina seorang suster dtg memberitahukan, kepada keluarga Nina. bahwa ada seseorang yg sedang sekarat ingin mendonor kan liver nya
"permisi pak,bu!" ucap suster tsb
"iya? kenapa sus?" tny bunda Nina tegang
"begini kami baru mendapat pendonor liver yg cocok untuk Nina kebetulan dia skrg lgi sekarat" jelas suster it
"ap sus? anak saya dapat pendonor?" tny ayah Nina tidak percaya
"iya. beliau ingin agar operasi dilakukan malam ini, apa keluarga bapak setuju?" tny suster it
"iy sus, saya sangat setuju" balas ayah Nina senang
"klo begitu, tolong tanda tangani surat persetujuan operasi ini" ucap suster it sambil menyodorkan kertas putih yg berlabel rumah sakit
"nih, sudah saya tanda tangani. tolong secepatnya dilakukan" ucap ayah Nina sambil mengembalikan surat it
"oh ya! siapa orang yg berhati malaikat yg mw mendonorkan liver nya untuk anak saya?" tny bunda Nina langsung
"beliau tidak ingin identitasnya di ketahui, kami akan memberitahukan identitas beliau setelah operasi ini selesai" balas suster it
"oh,.. baik nya orang it" puji bunda Nina

tidak lama setelah suster it keluar dari kamar rawat Nina, Bisma & Dhita dtg. mereka terkejut dgn keluar nya suster dri kamar Nina, mereka berfikir klo Nina ada apa2

"yah,bun Nina kenapa?" tny Bisma spontan dgn cemas
"Nina gpp kok" balas bundanya tenang
"tapi tadi, aku liat suster baru keluar dari kamar ini" ucap Dhita
"oh! Nina akan bersama kita lebih lama lgi" ucap ayah nya menambahkan
"hah? maksudnya?" tnya Bisma
"adik kamu mendapat pendonor liver yg cocok, & operasinya akan di laksana kan malam ini" balas ayahnya senang
"apa? pendonor? makasih ya Tuhan!" ucap Bisma bersyukur
"hmm... aku seneng liat keluargaku bahagia kaya gini walaupun mesti ngorbanin nyawa aku. thank God you have to get me good family" batin Dhita
"hmm... yah,bun,ka kita jalan2 yuk.. udah lama ga ke taman bareng" ucap Dhita manja
"ih apa sih kamu manja bngt deh" keluh bundanya
"yah bunda, kok gitu sih? kan ntr malem anak kesayangan bunda bakal di operasi. ini sebagai rasa syukur deh" rengek Dhita pada bunda nya
"ya sudah. tapi cuma 1 jam, soalnya kasihan Nina sendirian di rumah sakit" ucap ayahnya menambahkan
"siap deh boss, lagian Nina kan skrg lgi sama dokter ga bakal ilang deh" ucap Dhita

mereka pun pergi bersama Dhita, terlihat seperti anak kecil yg haus kasih sayang. Bisma yg menyadari itu merasa canggung dgn kelakuan Dhita yg buasanya cuek jadi manja

"eh Ta, loe kenapa? tumben bngt gitu manja?" tny Bisma
"ouh, ga kok kak gpp lgi pengen ajh" balas Dhita mengelak
"hmm loe kaya apaa gitu" ucap Bisma
"dah lah kak :)" balas Dhita

mereka menghabiskan wktu kurang lebih 2 jam. ayahnya yg baru menyadari bahwa mereka bersenang2 sudah lama langsung marah kepada Dhita

"kamu sengaja ya? ngajak ayah sama bunda?" tny ayahnya membentak
"ayah kenapa?" tny Dhita tidak tahu
"ga ush pura2 ga tw, kmu it lgi mengalihkan perhatian kami ke kamu iy kan? kamu iri sama Nina kan? iya? jawab?" sentak ayahnya
"ga yah! aku ga ad maksud apa2 cuma kangen sma keluargaku yg dulu yah!" ucap Dhita lirih
"alah, alesan kamu, ayo Bisma kita kembali ke rumah sakit Nina kan lgi kritis" ucap bundanya
"ayah,bunda, ka Bisma" panggil Dhita lirih
"maaf, gw udh ga bisa percaya loe lgi" ucap Bisma langsung pergi
"kak..... ayahhhhh... bundaaa..." teriak Dhita lirih di tengah taman
"Tuhan! kenapa? di akhir hayat gw,gw ga bisa bersenang2 sma keluarga gw, malah gw di sangka yg buruk2" batin Dhita terus menangis
"Tuhan, jikalau engkau menjemputku nanti. aku tidak ingin ada air mata yg menetes atas kepergianku, biarkan mereka seperti ini.seperti mereka memperlakukanku sewaktu hidup" batinnya lgi
"oh ya, sudah jam segini aku harus kembali ke rumah sakit untuk menjalan kan operasi setengah jam lgi" ucap Dhita pada dirinya sendiri, dan beranjak pergi ke rumah sakit

di rumah sakit dokter Rangga sudah menunggu nya di ruang yg sudah di sediakan. dokter Rangga masih terlihat ragu dgn operasi ini

"Ta, apa kamu benar mw melakukan ini?" tny dokter Rangga ragu
"ini demi Nina dok, lgian ortu saya akan merasa kehilangan jika Nina yg pergi. klo aku kan ga ada peduli" ucap Dhita sambil tertawa kecil
"saya tahu kamu berat melepaskan kehidupan kamu Ta" batin dokter Rangga
"oh ya dok! tolong kasih surat ini buat keluarga saya, setelah saya di makamkan" ucap Dhita tersenyum
"apa?" tanya dokter Rangga terkejut
"iya" balasan singkat dari Dhita yg seketika itu wajah nya berubah murung

operasi pun di laksanakan.saat sedang berjalannya operasi, Bisma tidak sengaja melihat Dicky di koridor rumah sakit ia tampak khawatir, Bisma pun menghampirinya

"hay Dick" sapa Bisma
"Bisma? mampus gw" batin Dicky lalu berlari
"Dicky kenapa lari? takut? sama siapa?" tny Bisma pda dirinya sendiri
"oey, Dick tunggu gw" ucap Bisma mengejar Dicky
"ga,.. gw ga tw apa2 soal Dhita" ucap Dicky setelah tertangkap Bisma
"hah? Dhita? emg kenapa dia?" tny Bisma
"hah? Bisma masih blm tw?" batin Dicky
"oy,.. gw ngmng di kacangin sial loe" ucap Bisma kesal
"egh.. oh ya gpp gpp ga ad ap2 kok" ucap Dicky gugup
"loe ngapain ke sini?" tny Bisma
"mw liat Dhita lah" ucap Dicky
"ups..."seketika Dicky membekap mulutnya dgn tngannya sendiri
"apa? liat Dhita? emg Dhita sakit?" tny Bisma
"ga kok, Dhita gpp gw cuma salah bilang ajh" ucap Dicky gugup
"ouh,.. ya udh" balas Bisma lalu pergi
"huft.... untung ga ketahuan" ucap Dicky bersyukur
"ketahuan apa?" tny Bisma yg sudah berdecak pingang di depan Dicky
"Bisma? loe tadi kan..."ucap Dicky terpotong karna Bisma
"iya, gw kan cuma bohongi loe doank" blas Bisma
"sekarang loe ga bisa mengelak dri gw, apa sebenernya yg loe sembunyiin dr gw?" tny Bisma
"ga kok" ucap Dicky
"oh ya! klo gitu yuppi loe gw makan" ucap Bisma sambil memamerkan 10 bungkus yuppi ukuran jumbo
"itu kan yuppi gw, loe dpt dr mn?" tny Dicky panik
"iya ini yuppi loe, gw dpt dri tas loe. gw bolongin tas loe bagian bwah jadi semua barang loe tuh berhamburan di belakang" ucap Bisma menunjuk brg2 yg ada di blkg Dicky
"BISMA........!" pekik Dicky
"apaaaaaa..." balas Bisma berteriak
"loe gila ya, tas gw baru tahu. nyokap gw belinya dari Brazil, ini tas kesayangan gw ini tas futsal gw" maki Dicky pada Bisma
"terserah loe! loe yg cari gara2 sama gw, loe jg kan yg sensara" ucap Bisma tanpa rasa bersalah
"gw salah ap sih sama loe" ucap Dicky lirih
"ada rahasia yg loe sembunyiin dri gw, dan itu tentang Dhita adek gw. gw mw tw ap yg sebenarnya terjadi" ucap Bisma yg mulai serius
"tapi Bis" ucapan Dicky terpotong karna melihat Bisma yg mulai memakan yuppi milik Dicky
"JANGAN....!" pekik Dicky
"terserah gw!" balas Bisma acuh
"ya udh gw kasih tw, tpi loe jgn makan yuppi2 gw" ucap Dicky lirih
"bagus..!"ucap Bisma memakan 1 buah yuppi
"masih di makan jg" batin Dicky kesal
"apaan yg sebernanya terjadi" ucap Bisma seraya memakan yuppy
"Dhita sakit kanker stadium 3" ucap Dicky
"apa?uhuk..uhuk.." tanya Bisma terkejut
"iya, dia sakit" balas Dicky
"kenapa kami ga di ksih tw?" tanya Bisma
"dia ga pengen nambah beban keluarga kalian, apa lgi skrg Nina jg skit kan?" ucap Dicky
"tapi kenapa loe tw?" tny Bisma lgi
"gw tw dari dokter sekolah kita, dokter Rangga" jawab Dicky
"sekarang Dhita nya mana?" tanya Bisma
"ada di dalam ruang operasi, bersama Nina" ucap Dicky
"apa? jadi Dhit..Ta yg donorin livernya?" tny Bisma kaget
"iya. loe mesti sabar yah, gw bakal kabarin mereka (sahabat Dhita) setelah Nina sadar.loe jgn kasih tw ortu loe tntg ini biar dokter Rangga yg ngasih tw" nasehat Dicky
"tpi Dick?" ucapan Bisma terpotong karna Dicky
"udah lah.biarkan ini terjadi sesuai rencana Dhita" ucap Dicky menepuk pundak Bisma pelan lalu pergi
"apa? kedua adik gw skrg ada di 1 ruangan yg sama, yg satu lgi bertahan hidup yg satunya? lagi memperjuangkan saudarinya hidup" batin Bisma
"Dhita emg baik, gw bangga jdi kakak loe. maaf gw akhir2 ini ga percaya & peduli sama loe" batin Bisma (lagi)

***

operasi pun berjalan lancar, Nina di nyatakan sembuh total. tpi sang pendonor sudah tiada, ia tiada sambil tersenyum puas.ketika mengetahui pendonor Nina telah tiada Bisma tak dapat menahan air matanya sekejab air matanya mengalir deras. bunda nya yg melihat Bisma menangis di koridor rumah sakit bingung

"kamu kenapa Bis? kan adik kamu udah menjalani operasi & melewati masa kritis kok kamu nangis?" tnya bundanya
"ga kok bunda, Bisma lgi mikir ajh sama pendonor nya Nina, gmn dengan keluarga yg ditinggalkan" jelas Bisma
"mereka pasti udh meng-ikhlaskan kepergian nya, lagian dia juga kan kata dokter dalam keadaan sekarat. tpi kenapa sampai skrg bunda ga liat 1 pun anggota keluarga dia yah?" tnya bundanya
"itu karna kita keluarganya" batin Bisma lirih
"eh, sudah berhenti nangisnya. skrg kamu liat adik kamu sana. oh ya Dhita mana?" tny bundanya
"Dhita? ga tw bun" dusta Bisma
"anak itu selalu menyusahkan keluarga ini" keluh bundanya

mereka pun berkumpul bersama di ruangan rawat Nina. keesokan harinya Nina sdh sadar dri pengaruh obt bius saat melakukan operasi. saat mereka semua sedang berkumpul, dokter Rangga datang dengan menggunakan pakaian serba hitam. Bisma & Dicky melihat itu sudah bisa menebak sesuatu yg telah terjadi

"permisi!" ucap Dokter Rangga
"iya, kenapa dok?" tnya ayahnya Dhita yg sdah mengenal dokter Rangga sebelum nya
"saya ingin menyampainkan sesuatu" ucp dokter Rangga
"saya ingin bertanya, kenapa dokter pake pakaian hitam ke rumah sakit? emg ada yg meninggal?" tanya Nina
"saya baru selesai ikut pemakaman" jwab dokter
"oh kami turut berduka cita ya" ucap bunda Dhita
"oh ya! apa yg ingin anda sampaikan pada kami?" tnya ayah Dhita
"ini silahkan baca" ucap dokter Rangga sembari menyodorkan secarik kertas

isi suratnya

hay ayah bunda & semuanya
ketika kalian baca ini aku pasti udah tenang di tempat yg sangat jauh
oh ya gimana keadaan Nina? semoga baik2 ajh
aku cuma mau bilang
      maaf aku ga pamit sama kalian saat aku pergi. tapi aku senang udah bisa berguna bagi keluarga ini
      hmm ayah bunda piala di kamar aku, itu piala kemenang tim futsal kami,
      jadi itu adalah kenang-kenangan dari aku
maaf aku ga bisa jadi putri yg baik bagi ayah & bunda
tapi aku berharap semoga Nina bisa :)
oh ya ka Bisma harus janji sama aku mau jaga Nina sampai kapan pun
maaf juga kalian ga bisa ngikutin acara pemakaman ku
aku ga pengen kalian meneteskan air mata di makamku
     aku senang bisa jadi bagian dari keluarga Karisma
     semoga di kehidupan berikutnya aku bisa bersama kalian lagi
sebenarnya banyak yg ingin aku tulis, tapi kepala aku udah sakit maaf ya
ayah bunda ka Bisma & Nina (dercak darah)
                                                                            salam kasih
                                                                               Dhita

"apa maksud surat ini Rangga?" tanya ayahnya tak kuasa
"Dhita telah tiada, saya baru pulang dari acara pemakamannya" jelas dokter Rangga
"tapi kenapa? kenapa kamu ga ngasih tw saya?" tnya ayahnya
"ada apa sebenarnya?" tanya bundanya
"Dhita mengalami kanker otak stadium lanjut, sebenarnya 3 bulan lalu kanker otak itu baru stadium 3 tapi karna ia jarang mengontrol kondisi kesehatannya, kanker otak itu berkembang biak dgn cepat & menggerogoti tubuhnya. sebelum ia benar2 meninggalkan dunia ini, ia ingin berguna bagi keluarga Karisma dgn cara mendonorkan livernya untuk Nina ia ingin menyelamatkan nyawa saudarinya" jelas dokter Rangga
"kenapa? kenapa kamu ga ngasih tw kami sebelum acara pemakamannya di mulai" tanya bundanya yg sdh mengeluarkan deraian air mata
"Dhita berpesan pada saya, sebelum acara pemakamannya selesai.ia tidak ingin 1 pun anggota keluarganya tau" ucap dokter Rangga
"tolong, antar kami ke makam Dhita" ucap Nina
"baiklah, tapi ia berpesan ketika di depan makam nya kalian tidak boleh meneteskan air mata, karna ini permintaan terakhrnya" pesan Rangga
"baiklah" ucap semuanya serentak

mereka pun pergi ke makam Dhita di sana terpampang foto Dhita dgn senyum penuh kelegaan. ortunya hampir meneteskan air mata tapi Rangga dgn cepat mengingatkan, semuanya nampak menyesal dgn perlakuan mereka ke Dhita. tpi it sudah berlalu dan tak bisa di ubh

takdir sudah ada yg mengatur, kita hanya menjalankan nya mau bagaimana? sesuai takdir atw menurut kita baik meski harus mengubah takdir?
skrg hanya diri kalian yg bisa mengubah takdir atw berjalan sesuai dgn takdir
thanks for reading :)

Minggu, 30 September 2012

CINTA yg tak pernah sampai

Ratih adalah gadis yang pendiam, pemalu, dan lembut. Tapi sayang setelah mama nya meninggal membuat Ratih menjadi anak yang badung, nakal, tomboy, kasar, bahkan sering ikutan balapan liar istilah nya ngetrack. Dia memiliki seorang teman bernama Reno yah sesama badung tapi Reno telah menganggap Ratih seperti adik nya sendiri.
Papa Ratih berencana untuk menikah lagi dan Ratih hanya setuju-setuju saja dia tidak peduli dengan urusan rumah Ratih juga akan memiliki adik tiri yang bernama Putri. 1 minggu kemudian Ratih telah mempunyai keluarga baru.
Ratih lebih memilih berteman dengan cowok daripada cewek, suatu hari di sekolah Ratih, kedatangan murid baru seorang cowok bernama Rizky dia baik ganteng pintar dan sopan. entah apa yang terjadi tapi Ratih jatuh hati pada nya, Ratih berusaha mendekati Rizky dan Rizky pun mau menjadi teman Ratih, hanya sekedar teman.
Hari ini Ratih memberanikan diri untuk menyatakan perasaan nya tapi Rizky cuma menganggap dia sebagai teman tidak lebih Ratih yang menyukai Rizky pun kecewa, dia bertanya apakah ada orang yang dia cintai, dan yang lebih membuat hati Ratih sakit ternyata Rizky menyukai cewek lain yang tidak lain adalah adik tiri nya sendiri itu membuat Ratih tambah sakit hati.
Keesokan hari nya mereka mendapat gosip kalau Putri sudah jadian dengan Rizky, Ratih yang mengetahui itu hanya bisa menangis, Ratih yang dulu badung, nakal, dan suka ngetrack sekarang telah berubah menjadi Ratih yang pemurung, lemah dan suka menyendiri. Putri adik tiri Ratih sama sekali tidak tahu tentang kakak tiri nya kalau kakak tiri nya berubah karena hubungan mereka
Setelah 2 bulan berlalu Putri akhir nya mengetahui bahkan sang kakak telah jatuh cinta pada kekasih nya itu membuat hati Putri sakit tapi apadaya Putri terlanjur mencintai Rizky yang membuat Ratih menjadi egois
Ratih tidak mau adiknya menjalin hubungan dengan Rizky lagi, karna Putri sayang kepada Ratih akhir nya Putri menyetujui permintaan kakaknya, walau hati kecil nya terasa berat
Putri dan Rizky mengakhiri hubungan meraka 7 hari berlalu Putri dikejutkan dengan berita bahwa sang kakak akan dijodohkan dan yang lebih menyakitkan adalah calon kakak ipar nya Rizky.
Putri yang mencintai Rizky sangat hancur karna cinta nya tak bisa sampai pada Rizky
lalu ia pun lebih memilih tuk menyendiri di taman tapi sayang saat kehendak berjalan melewati zabra cross sebuah truck besar menghempas tubuh nya hingga berlumuran darah. sehingga membuat nya meninggal seketika, ia pun pergi dengan membawa cinta nya yang tak sampai